Sponsored Links
Mendidik Manajer Bisnis
Cerita ini adalah ketika Soeharto masih menjabat menjadi presiden di masa
orde baru. Beliau meresmikan Univesitas Terbuka. Kemudian Prof. Dr. Sumitro
Djojohadikusumo menyampaikan kuliah perdananya. Studium generale yang
dipancarluaskan televisi itu, selain diikuti 65.000 mahasiswa Universitas
Terbuka, tentulah pula diikuti jutaan penonton Iainnya.
Semula hanya direncanakan untuk menerima 15.000 mahasiswa. Tetapi, karena
terjadi ledakan peminat, Universitas Terbuka terpaksa memelarkan sarananya
untuk dapat menampung 65.000 mahasiswa. Universitas Terbuka ini, menurut
Presiden Soeharto, merupakan jawaban yang tepat untuk memenuhi kebutuhan akan
pendidikan tinggi di kalangan kaum muda Indonesia khususnya dan masyarakat luas
umumnya.
Konsep pendidikan jarak jauh seperti yang diterapkan pada Universitas
Terbuka ini memang bukanlah yang pertama di Indonesia. Pemerintah sendiri pada
1955 pernah menyelenggarakan kursus tertulis untuk guru. Pada 1975 dicoba juga
sistem penataran guru melalui radio pada 11 provinsi. Pada awal 1984 ini pun
telah dicoba sistem pendidikan jarak jauh menggunakan sarana satelit pada
perguruan tinggi yang tergabung dalam Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri.
Lama sebelumnya di Indonesia pun dikenal beberapa kursus tertulis,
kebanyakan untuk keterampilan administrasi kantor dan pembukuan. yang telah
berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda. ICS (International Correspondence
School) yang berpusat di London pun mempunyai banyak siswa di Indonesia. Rusia,
karena luas wilayahnya, merupakan negara yang menggunakan sistem pendidikan
jarak jauh ini secara intensif. Di Asia, India dan Jepang merupakan dua negara
yang cukup sukses menyelenggarakan pendidikan jarak jauh, baik swasta maupun
atas upaya pemerintah.
LYPM (Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen) pun merupakan sebuah
lembaga pendidikan yang sejak 1979 menyelenggarakan pendidikan Manajemen
Multi-Media, yang pada dasarnya adalah kursus tertulis. “Ini merupakan
perwujudan tanggung jawab sosial LPPM,” kata B.N. Marbun, salah seorang
pimpinan LPPM. Soalnya, tiap kursus yang memungut iuran Rp.5.000 ini memang
lebih banyak repotnya bila dibanding dengan menyelenggarakan kursus biasa yang
menagih bayaran Rp. 300.000
per paket.
Wartawan Tempo Budi Kusumah, yang mewawancarai B.N. Marbun, lebih
lanjut mencatat bahwa Pendidikan Manajemen Multi-Media ini merupakan salah satu
cara untuk mengisi kebutuhan manajer di Indonesia. Menurut perhitungan LPPM,
Indonesia kini setiap tahun memerlukan 5.000 top manager dan 100.000 middle
manager. Jumlah itu tentulah tidak kecil dan tidak mudah dipenuhi. LPPM
sendiri sejak berdirinya, 1971, hingga kini baru menghasilkan 12.000 middle
manager.
Kekurangan akut jumlah manajer bisnis Indonesia, yang makin membuat ramainya
bajak-membajak manajer antarperusahaan itu, sebagian besar dianggap sebagai
akibat ketidakmampuan pendidikan formal menciptakan manajer yang siap pakai.
Tidak heran kalau dalam dua tahun terakhir ini di Indonesia tampil dua institut
baru yang melatih para pakar adminisrasi niaga yang juga disasarkan untuk
melahirkan manajer-manajer profesional siap pakai.
Pendidikan Manajemen Multi-Media yang diselenggarakan LPPM ini menawarkan
14 paket program: Dasar-Dasar Manajemen Umum, Manajemen Usaha Baru, Manajemen
Partisipatif, dan lain-lain.
Sistem pendidikan jarak jauh yang dilakukan LPPM jauh sebelum embrio
Universitas Terbuka itu terbentuk tidak saja menggunakan media korespondensi.
Sekarang telah pula dikembangkan media lain, seperti kaset, tatap muka, dan
bimbingan khusus. Tahun ini media itu pun akan ditambah lagi dengan video dan
layanan melalui telepon. Penggunaan beberapa macam media itulah yang kemudian
menyebabkan sistem pendidikan jarak jauh LPPM ini disebut Pendidikan
Multi-Media. Komputer pun digunakan untuk memeriksa hasil latihan para siswa.
Untuk setiap paket yang berlangsung selama tiga bulan itu, LPPM
menyelenggarakan kesempatan tatap muka pada awal program dan sekali tiap bulan,
agar para siswa dapat berkonsultasi langsung dengan para pembinanya.
Pendidikan Manajemen Multi-Media ini sekarang tengah diikuti oleh 2.000
orang, kebanyakan adalah siswa yang dibiayai perusahaan. Krakatau Steel saja
telah mengikutsertakan karyawannya dalam 10 program yang seluruhnya berjumlah
800 orang.
Begitulah ramainya pendidikan manajer sekarang ini. Beberapa perusahaan
memang lebih suka membajak manajer yang sudah siap pakai daripada mendidik sendiri.
“Itu lumrah,” kata Marbun, “karena mendidik manajer itu tidak mudah.”
0 Response to "Mendidik Manajer Bisnis"
Post a Comment