Spionase Bisnis (Mata-Mata Bisnis)


Sponsored Links


Spionase Bisnis (Mata-Mata Bisnis)

Hampr saja Zorin berhasil menghancurkan Silicon Valley dengan gempa buatannya. Untung, ada James Bond, yang berhasil mengagalkannya. Dan ketika James Bond mengakhiri tugasnya dengan mandi bersama — dengan siapa lagi kalau bukan si cantik bermata biru itu, para pejabat Rusia pun membuat upacara semu untuk menganugerahkan bintang jasa Order of the Lenin bagi James Bond. Mengapa bintang jasa untuk Bond? Karena Silicon Valey tidak hanya penting bagi pengembangan teknologi tinggi Amerika Serikat, tetapi juga bagi Rusia yang selalu “langganan” informasi dan sana. “What would Russian research be wthout Silicon Valley,” kata pejabat Rusia itu.
ltu memang hanya fantasi dalam film A View to a Kill. Tetapi, bagian terakhir itu sungguh menarik. Bahwa pada akhirnya teknologi dan ilmu pengetahuan tak lagi mengenal batas negara. Curi-mencuri teknologi sudah lama kita kenal. Kita pun sudah lama akrab dengan sikap baru: kalau alih teknologi tak berjalan lancar, sikat saja! 

Pencurian teknologi bisnis pun kini dipermudah karena alamatnya makin jelas. Amerika punya Silicon Valley. Jepang punya Tsukuba. Swedia Punya Kista. Semuanya adalah lokalisasi para ilmuwan yang  yang diperah segenap kemampuannya untuk menciptakan teknologi yang lebih unggul dan lebih unggul lagi. Di Indonesia, Serpong di masa depan mungkin akan Silicon Valley kita.
Dua sarjana Hitachi beberapa tahun yang lalu ditangkap di Amerika Serikat dan terbukti telah melakukan pencurian rahasia sebuah industri komputer. Kedua orang itu lalu dideportasikan kembali ke negaranya setelah dijatuhi hukuman denda yang lumayan besarnya. Sebagian rakyat Jepang gusar terhadap sikap Amerika itu. Rumah Takeo Shiina, presiden direktur IBM Jepang, kabamya pada waktu itu sempat kejatuhan batu nyasar.
Kebencian rakyat Jepang terhadap IBM itu ternyata hanya berskala tak berlangsung lama. Baru-baru ini di Jepang dilakukan sebuah penelitian di kalangan sarjana yang baru lulus. Mereka ditanya, ke mana mereka akan mencari kerja. Ternyata IBM menjadi pilihan utama para sarjana wanita, dan pilihan ketiga para sarjana pria.
Ini mungkin merupakan sebuali ambiguitas yang sulit dimengerti yang sulit dimengerti. Orang jepang yang terkenal fanatik terhadap Japanese ternyata menempatkan perusahaan Amerika Serikat sebagai pilihan utama tempat mencari nafkah. Padahal melamar kerja di Jepang bagaikan memasuki perkawinan: hanya pisah kalau salah satu mati.
“Pertama, Anda keliru dengan menyatakan IBM adalah perusahaan bisnis AS. IBM adalah perusahaan dunia,” kata seorang manajer di pabrik komputer Fujisawa, dekat Tokyo. IBM di Jepang memperkerjakan hamper 17.000 orang dan mempunyai 2 pabrik, 1laboratonum pengembangan, 1 pusat ilmu, 3 pusat pendidikan, 22 kantor cabang dan belasan instalasi. Local content IBM buatan Jepang berkisar antara 20% dan 80%, tergantung jenisnya.
“Kedua,” kata orang itu lagi, “coba Anda lihat sekeliling. Tidak ada asing di sini. Semua karyawan pabrik, termasuk semua pimpjnan adalah orang Jepang. Dan Anda rasakan sendiri, ini ‘kan suasana Jepang, bukan suasana pabrik Amerika.” Itu mungkin untuk menyatakan bahwa tidak ada perasaan mengabdi pada orang asing, sekaligus mengatakan bahwa bangsa Jepang sudah sepenuhnya menguasai teknologi komputer Komputer IBM buatan pabrik Yasu (dekat Kyoto) Fujisawa diekspor ke 50 negara, dan mainframe yang terbesar sampai peripheral yang terkecil. Tidak beran kalau di Iingkungan IBM Jepang terdapat hampir 60% sarjana. Sudah lama diberlakukan konsep 3Q di Yasu dan Fujisawa; quality people, quality work, quality product. Spirit ini tambahan dan konsepm quality cirde-nya Jepang agaknya menjadi magnet yang kuat untuk menarik sarjana yang terbaik.
Sayangnya, tak semua peminat dapat ditampung. Dengan usia rata-rata 37 tahun, atrisi karena pensiun tentu sajah masih terlalu jauh. Di samping juga karena makin sedikit pekerjaan yang perlu dilakukan “Semua orang baru meributkan office automation. Kami di sini sudah melakukan factory autoniation. Di Sini kami membuat komputer dengan komputer,” kata mereka. Pabrik-pabrik IBM di kedua lokasi itu memang mempunyai dua ciri utama yang menonjol: bersih  dan rapi, mirip hari libur.         
“Bagammana rasanya setelah pekerjaan Anda digantikan oleh komputer ?” tanya saya yang diterjemahka kepada seorang pegawai. “Hah, senang saya. Karena komputer pekerjaan saya naik satu tingat,  Saya tidak bekerja lagi dengan tangan, tetapi dengan otak,” jawabnya. Lalu ia menambahkan: “Keadaan dan lingkungan kerja sudah berubah. Dan akan selalu berubah. Jadi, bergantung pada kita sendiri, apakah kita bisa mengubah diri kita sendiri agar pas dengan situasi kerja baru.”  Dengan kata lain, kalau kita tak mampu menyesuaikan diri, janganlah membuat dan memaksa situasi menyesuaikan diri dengan kita.
 

0 Response to "Spionase Bisnis (Mata-Mata Bisnis)"

Post a Comment